Generasi Biologi Indonesia Berhasil Inventarisasi 820 Jenis Tumbuhan di Gunung Lawu

Picture of Genbinesia
Genbinesia

Exploring The Living Thing from Molecule to Biosphere

 

Yayasan Generasi Biologi Indonesia turut andil dalam pelestarian keanekaragaman hayati flora di ekosistem Gunung Lawu, Jawa Tengah dengan mengirim 4 orang personel untuk melakukan survey kehati dengan pendataan flora di Gunung Lawu bersama dengan Tim dari Tahura KGPAA Mangkunegoro 1 yang terdiri dari PEH dan Petugas Lapangan.

Kegiatan ini mendapat pendanaan penuh dari PT Pertamina Patra Niaga DPPU Adi Sumarmo, Boyolali dengan skema Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen mereka dalam pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar wilayah operasional mereka tepatnya di Jawa Tengah dan menjadi bagian dari rangkaian program konservasi hindrologis dan tanah sebagai mitigasi kebencanaan kekeringan.

Kegiatan eksplorasi flora di Gunung Lawu bersama PEH Tahura KPGAA Mangkunagoro I

Survey dilakukan selama 5 hari dimulai pada tanggal 23 sampai 28 Mei 2022 dengan menyisir Jalur Pendakian Tahura Sabrangan – Cemoro Dowo, Jalur Segoro Gunung (RPH Nglerak-Goa Jepang), Jalur Pendakian via Tambak, Jalur Candi Muncar, dan RPH Kuryo Petak 11 dengan rentang ketinggian tempat 1000-2000 mdpl.

Hasil kegiatan survei keanekaragaman flora di Gunung Lawu didapatkan 864 nomor koleksi, 820 jenis berhasil diidentifikasi, 611 jenis telah dibuatkan voucher herbariumnya. Kegiatan ini berhasil memperbarui secara signifikan data floristik Gunung Lawu yang sebelumnya belum lengkap.

Proses pembuatan herbarium

Belasan jenis di antaranya diketahui memiliki distribusi sempit di Gunung Lawu yakni pisang hitam (Musa acuminata) yang telah didomestikasi oleh masyarakat Karanganyar pada sempadan jalan dan kebun untuk dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan, bahan ritual, dan obat.

Pisang hitam di Gunung Lawu

Jenis langka sesuai kriteria IUCN di antaranya kantong semar dataran tinggi di Lawu Selatan juga pinang jawa (Pinanga javana) yang keberadaannya cukup melimpah di hutan pegunungan bawah. Selain itu, didapatkan koleksi bunga edelweiss (Anaphalis javanica) perbungaan keunguan yang selama ini dikenal sebagai varietas Lawu.

Cangkuang (Pandanus furcatus) dalam kurun seabad terakhir disangsikan keberadaannya di Jawa akhirnya berhasil ditemukan di Gunung Lawu, dengan demikian menjadi rekaman baru di Jawa. Flora Gunung Lawu memiliki potensi besar untuk pengembangan bioprospeksi di bidang pangan, serat, obat, penunjang kehidupan sehari-hari, toiletries, dan tanaman hias.

Empon-empon liar bahan obat bernilai ekonomi tinggi dari suku Zingiberaceae (e.g. Zingiber acuminatum, Z. neglectum, Z. inflexum, Z. ottensi, Alpina malaccensis, Amomum dealbatum, A. compactum) melimpah di lantai hutan sebagai tumbuhan bawah. Jenis penghasil jeli seperti sumbat kendi (Stephania capitata) dan janggelan (Platostoma palustre) memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai bahan biofilm dan biocoating nabati.

Potensi tanaman hias di Gunung Lawu juga cukup tinggi, di antaranya 65 jenis anggrek epifit dan terrestrial, 3 jenis parijoto, 4 jenis bunga lipstik. Gunung Lawu dikenal sebagai gentong Karanganyar dan Sragen, vegetasinya memiliki fungsi vital sebagai kawasan resapan, keberadaan 23 jenis ara (Ficus spp.) ditengarai berperan penting dalam menjaga siklus hidrologis di Lawu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *